Cara Seimbangkan Waktu Kerja dan Kehidupan Pribadi
Pergi kerja jam 6 pagi, sampai rumah jam 7 malam. Itu juga jika tidak lembur! Baik yang perlu tenaga fisik atau mungkin tidak, pekerjaan apa saja bisa kuras energi. Dengan pekerjaan yang menggunung, secinta-cintanya kamu dengan tugasmu itu, tentu ada saat kamu berasa jemu dan capek dengan kegiatan rutin kerja harian.
Belum juga, beberapa faktor yang lain membuat kepala lebih pusing seperti jalinan sosial, perselisihan dengan pasangan, atau rekonsilasi diri di saat wabahk COVID-19. Bekerja di dalam rumah atau work from home (WFH) dapat menahan penyebaran, tapi langkah kerja ini mempunyai imbas jelek, diantaranya sebab fokus kerja yang terpecah dengan kegiatan rutin di dalam rumah.
Pokoknya, kamu betul-betul menunggu akhir minggu. Mengapa? Itu waktunya kamu dapat nikmati hari tiada pekerjaan (itu juga terkadang tidak kesampaian).
Menurut satu penelitian yang dikerjakan oleh team periset Italia dengan judul "Work–Life Balance: Weighing the Importance of Work–Family and Work–Health Balance" yang termuat dalam jurnal International Journal of Environmental Research and Public Health yang keluar pada Februari 2020 lalu, waktu kerja dan kehidupan individu yang imbang ialah kunci peningkatan dari yang efisien.
Resign dari pekerjaan terkadang bukan satu jawaban. Ada, kok, beberapa cara untuk menyamakan waktu kerja dan kehidupan pribadimu. Baca baik, berikut sembilan cara itu!
Bukan hanya pekerjaan, rupanya rutinitas kecil dalam sehari-harinya dapat meletihkan. Selaku contoh, kemungkinan kamu senang streaming video di YouTube atau basis lain pada malam hari supaya cepat mengantuk. Bukannya ngantuk, malahan kebablasan sampai pagi hari? Berhati-hati, rutinitas seperti itu yang malahan membuat energi kamu terkuras.
Kuncinya, coba mengganti rutinitasmu melalui beberapa hal kecil seperti jaga gaya hidup sehat, seperti konsumsi minuman dan makanan bergizi dan imbangkan dengan teratur olahraga. Tak perlu yang berat-berat, joging atau sesederhana jalan kaki sepanjang 30 menit /hari cukup. Janganlah lupa untuk istirahat cukup supaya bisa melalui hari dengan fresh!
Terkadang kita perlu check e-mail atau sedikit bekerja di luar jam kerja. Tetapi, jika sampai diteror pekerjaan yang tiba-tiba dan menimbun waktu bukan jam bekerja, dapat ribet!
Apa lagi, banyak yang menyambat waktu WFH malahan susah untuk istirahat sesaat sebab lingkungan kerja bersatu dengan lingkungan rumah.
Bila itu ceritamu, coba untuk berunding dengan atasan atau sisi personalia untuk pembagian waktu waktu WFH.
"Ah, ada telephone dari bos? Duh, saya kan telah di dalam rumah! Diamkan saja," pikirmu.
Bukan bermakna kamu dapat ogah-ogahan! Kadang, ada kalanya kamu benar-benar diwajibkan lembur untuk memburu deadline atau sasaran. Tetapi, bila kamu terus menerus dibombardir pekerjaan yang didasari dengan rasa bersalah bila tidak disanggupi, waktunya kamu menampik secara lembut. Berguna untuk jiwamu, keproduktifan juga melesat!
game tembak ikan via android Jangan salahkan diri kamu bila benar-benar pekerjaan telah menimbun. Jangan sampai malu untuk minta kontribusi. Satu kali lagi, coba untuk berunding dengan supervisor-mu supaya pekerjaan itu dapat didelegasikan, hingga lebih efisien dan cepat usai.
"Jika demikian, saya mengambil jatah yang kecil saja, ya? Agar tidak begitu capek..."
Catatan untuk diri kamu, jangan sampai memaksain diri mengemban jatah kerja yang tidak dapat kamu tuntaskan. Tetapi, bukan bermakna kamu bisa ogah-ogahan demikian saja! Upayakan kamu berusaha untuk mengakhiri pekerjaan dan lakukan bagianmu.
Lelah sesudah kerja, umumnya kita cuman tidur atau melihat TV di akhir minggu. Mari, coba tantang diri kamu dengan meningkatkan hoby baru!
"Lho, bukanlah malahan lebih lelah?"
Dengan lakukan hoby, kamu benar-benar berasa capek. Tetapi di lain sisi, kamu berasa lebih senang! Coba hoby-hobi misalnya:
Menganakemaskan badan dan pemikiran adalah kunci dari kesetimbangan waktu kerja dan kehidupan individu. Dengan demikian, kamu dapat terus tambah energi jalani hari dan hiruk pikuk kerjaan yang seakan-akan tidak ada selesainya.
Dengan badan yang tambah energi dan rohani yang positif, kamu dapat tidak pedulikan hati negatif dan proses ambil keputusan juga lebih efisien dan logis. Tidak hanya skema makan, olahraga, dan tidur yang sehat, kamu juga dapat menganakemaskan diri dengan beberapa hal yang sejauh ini kamu pengin coba. Coba beberapa hal misalnya:
Merendam depresi sendiri seperti masukkan petasan ke dalam toples. Semakin lama, kamu akan "pecah" ! Oleh karenanya, saat sebelum "meledak", lebih bagus kamu menceritakan sama orang paling dekat.
"Saya tidak ingin memberatkan mereka dengan narasi saya. Menyaksikan mereka ribet saja, saya telah berasa bersalah," pikirmu kembali.
Apa itu ketakutanmu? Saat ini, coba kamu berganti status sama mereka, dan mereka yang kamu sayang tertutup dan tidak ingin terbuka sepertimu sekarang ini. Apa kamu tidak berasa bersalah atau berduka bila mereka "meledak" satu waktu? Oleh oleh karena itu, yok, terbuka sama mereka yang kamu sayang.
Apa secara instant bisa hilangkan penatmu? Tidak juga. Tetapi, sharing sama orang tercinta otomatis memudahkan bebanmu. Yakinlah, mereka juga semakin lebih aktif lakukan beberapa hal yang membuat kamu berbahagia. Suport dan beberapa hal kecil yang positif akan membuat kamu lebih gampang menyamakan waktu kerja dan kehidupan individu.
Terus menerus kerjakan hal sama tiap hari membuat kamu capek secara rohani dan jasmani, kan? Nah, coba mengganti kegiatan rutin dan rasakan bedanya! Kamu dapat lakukan beberapa cara ini:
Cara 1-7 telah dikerjakan, tapi lingkungan atau irama kerja masih toksik, begitupun dengan atasan dan rekanan kerja yang tidak suportif? Pemunduran diri dapat diperhitungkan dan cari lingkungan kerja yang lebih memerhatikan waktu kerja dan kehidupan pribadimu.
Artinya, badanmu benar-benar dalam tempat kerja, tapi pikiranmu? Melayang-layang kemanapun. Ditambahkan lagi, kamu telah tidak akan menyukai tugasmu dan beberapa faktor lain seperti kondisi mental dan jalinan sama orang tersayang yang tidak sedang serasi. Meskipun begitu, jangan ceroboh memutuskan untuk resign, ya. Pemikiran dahulu matang-matang.
Apa capek sesudah bekerja itu normal? Normal! Tetapi, bila kecapekan itu konsisten dan mengubah kesehatan jasmanimu, di situlah permasalahannya. Jika kamu menanggung derita beberapa gejala seperti ngilu tubuh atau kehilangan selera makan karena depresi, waktunya untuk konsultasi dengan pakarnya.
Coba untuk konsultasi dengan psikiater atau psikolog. Nanti, mereka akan menolongmu untuk cari tahu pemicu dan pengatasannya.
Bila kamu menimbang resign sebab permasalahan ini, karena itu sebaiknya konsultasi dengan psikiater atau psikolog lebih dulu. Dengan demikian, kamu bisa ditujukan ke tingkatan profesi yang sesuai sektormu, dan tentunya, bagus untuk kesehatan psikis dan fisik, hingga kamu tidak jatuh kembali di jurang yang serupa.
Menyukai pekerjaan ialah hal yang fundamental dalam menjaga tingkatan profesi. Tetapi, memperlihatkan dedikasi pada tugasmu tidak harus dengan ikhlas bergadang atau bekerja setiap waktu tiada pandang waktu. Satu perihal yang penting kamu ingat, kesehatan fisik dan psikis sama-sama terkait dan sama keutamaan.
Itu beberapa cara untuk menyamakan waktu kerja dengan kehidupan individu supaya kesehatan psikis masih lestari. Ingat! Beberapa cara itu bukan satu dorongan supaya kamu dapat bermalasan, tetapi selaku dasar jika kesetimbangan waktu kerja dan kehidupan individu penting untuk diri kamu dan tugasmu